PENGENALAN SISTEM KAMERA ANALOG

Contoh kamera analog (1)

Kamera jenis SLR (Singele Lense Reflex) yaitu perekaman yang dilakukan menggunakan satu rangkaian lensa. Ketika objek direkam, maka bayangan akan masuk dalam lensa tunggal, kemudian cermin yang berada disebaliknya akan memantulkan objek ke prisma. Setelah itu bayangan akan diteruskan ke mata melalui view finder. Dengan cara tersebut, maka bayangan yang diamati oleh fotografer akan sama dengan yang terekam pada film.
Contoh kamera analog (2)

Kamera jenis SDVC (Simple Direct Vision Camera) menerapkan prinsip perekaman objek yang antara lensa pengamat dengan lensa perekam tanpa ada hubungan satu dengan yang lain. Kelemahan dari kamera ini adalah tidak dapat diketahui kekuatan lensa, pajang focus dan spesifikasi lain yang biasaya tercantum dalam sebuah kamera.

Kamera ketiga yaitu jenis DVIL (Direct Vision with Interchangeable Lens), yaitu kamera dengan lensa pengamat yang terdiri dari dua jendela dan lensa perekam objek terpisah, namun terhubung oleh sistem yang dapat mengetahui ketepatan focus. Perekaman yang dilakukan adalah wide angle dengan perspektif lebih luas apabila dilakukan pengamatan tanpa melalui view finder.

Didalam fotografi terdapat film sebagai perekam keadaan nyata dari objek yang dipotret. Secara khusus fotografi dalam penginderaan jauh, film adalah sebagai sensor. Sensor berfungsi untuk merekam apa yang dlihat oleh kamera. Sensor berkaitan dengan ukuran. Dalam fotogrametri, ukuran objek di lapangan dapat diketahui dari foto, tergantung oleh ukuran sensor/film. Film yang biasa digunakan oleh orang secara umum memiliki ukuran 35 mm atau 70mm, sedangkan film yang digunakan untuk penginderaan jauh/foto udara biasanya memiliki ukuran yang lebih besar, yaitu 23mmx23mm atau lebih besar.

ASA atau Kepekaan film adalah digunakan untuk mengukur tingkat kesensitivitas atau kepekaan film foto terhadap cahaya. Film dengan kepekaan rendah (memiliki angka ISO rendah seperti ASA 100) membutuhkan sorotan/exposure yang lebih lama sehingga disebut slow film, sedangkan film dengan kepekaan tinggi (memiliki angka ISO tinggi seperti ASA 800) membutuhkan exposure yang singkat.

Kepekaan dari sensor dipengaruhi oleh ISO/ASA. Apabila ISO yang dimiliki film rendah maka ukuran foto akan lebih kecil/piksel lebih sedikit. Jika ISO rendah, maka butir halide pada film lebih kasar, sehingga cepat untuk terbakar, namun hasil foto kurang begitu baik karena banyak terdapat speckel atau noise. Kemudian jika ISO tinggi, maka karena butir perak halide lebih halus sehingga film lama terbakar dan hasil lebih baik.

Bukaan dalam fotografi merupakan ukuran pembukaan diafragma dalam mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk dalam kamera. Nilai dari bukaan merupakan perbandingan dari jarak focus lensa dengan diameter lubang diafragma dan biasanya dilambangkan dengan format f/(nilai bukaan).

Shutter speed merupakan kecepatan dari bukaan, sehingga cahaya dapat masuk. Agar dihasilkan foto dengan hasil yang baik, maka perlu memperhatikan perbandingan antara shutter speed, bukaan diafragma dan kepekaan film. Baik nya suatu foto tergantung oleh kesesuaian cahayanya. Kesesuaian tersebut yaitu sesuai ukuran cahaya dan lama cahaya yang masuk. Hal tersebut dapat dianalogikan seperti sebuah ember. Shutter speed sebagai lama keran mengalirkan air, bukaan merupakan besar kecilnya keran, dan kepekaan film sebagai embernya. Semakin besar bukaan, maka shutter speed harus semakin cepat dan kepekaan film harus tinggi. Kemudian jika bukaan besar, maka shutter speed harus lambat dan kepekaan film harus rendah. Diafragma yang dibuka besar, sementara shutter speed bekerja lama, lama gambar kelebihan cahaya, sehingga didapatkan gambar yang pucat karena kelebihan cahaya. Kemudian ketika diafragma dibuka kecil, sementara shutter speed bekerja sebentar maka gambar kekurangan cahaya dan warna gambar menjadi gelap.

Ada dua jenis film pada kamera, yang pertama adalah film hitam putih dan yang kedua adalah film berwarna. Pada film berwarna ada 4 lapis. Lapisan pertama adalah lapisan yang peka dengan warna biru, kemudian lapisan kedua adalah lapisan dengan filter kuning, lapisan ketiga adalah lapisan

Kekuatan lensa adalah kemampuan lensa dalama mengumpulkan cahaya. Jika kekuatan lensa semakin kecil, maka focus dari lensa semakin kecil cahaya yang dikumpulkan akan semakin besar. Jika cahaya yang mampu dikumpulkan kecil, maka kamera membutuhkan cahaya tambahan berupa blitz. Kemudian jika diafragma lebar, maka ruang tajam semakin sempit dan latar belakang dan latar depan menjadi tidak focus, sehingga didapatkan gambar yang kabur.


sumber :

Habeeb.2011. Laporan Praktikum Penginderaan Jauh Sistem Fotografi. Faakultas Geografi.UGM
http://adityapermana.ucoz.com/blog/2009-04-16-9
Lillesand, Kiefer. 1999. Penginderaan Jauh Dan Interpretasi Citra. Gadjah mada University Press : Yogyakarta.

Comments