BUDAYA JAWA DAN ISLAM DI SEKITAR KITA















Sebagai Tugas Mata Kuliah Agama Islam

Saya bertempat tingal di Plosokuning. Di kampung tersebut terdapat sebuah masjid tua yang merupakan pusat kegiatan keagamaan sekaligus kebudayaan di kampung saya. Masjid tersebut bernama masjid Pathok Negara Plosokuning. Sejarah Masjid Pathok Negoro Plosokuning bermula dari riwayat Amangkurat IV sebagai Raja Mataram Islam (Kartosura akhir) yang juga bergelar Sunan Prabu yang memerintah pada tahun 1719-1727. Beliau memiliki tiga orang putra yakni, Raden Mas Ichsam, Pangeran Adipati Anom dan Pangeran Mangkubumi.

Sesudah Sultan Hamengkubuwana I yang memerintah pada tahun 1755-1792. Wafat, kemudian digantikan oleh Hamengkubuwana II yang memerintah pada tahun 1792-1812. Lalu diganti oleh Hamengkubuwono III yang memerintah pada tahun 1812-1814. Beliau adalah ayahanda pangeran Diponegoro. Pada masa pemerintahan Sultan inilah Masjid Besar Plosokuning didirikan, yaitu ketika Kyai Raden Mustafa (Hanafi I) menjadi Abdi Dalem Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang berkedudukan di Plosokuning.

Nama Plosokuning sendiri diambil dari nama pohon Ploso yang mempunyai daun berwarna kuning. Dulu, letak pohon ini kira-kira 300 meter sebelah timur masjid, namun sekarang sudah tidak ada. Satu hal yang menarik dari desa ini. Hingga sekarang daerah di sekitar masjid, hanya ditempati oleh orang-orang yang masih memiliki garis keturunan dengan Kyai Mursodo. Daerah di sekitar masjid dikenal dengan sebutan daerah Mutihan yang mempunyai arti sebagai tempat tinggal orang-orang putih atau santri. Daerah di sekitar masjid yang disebut daerah Mutihan juga disebut sebagai daerah Ploso Kuning Jero, yang hanya ditempati oleh orang yang mempunyai ikatan darah dengan pendiri masjid. Sedangkan daerah yang agak jauh dari masjid disebut Ploso Kuning Jobo.

Masjid Pathok Negoro didirikan setelah pembangunan masjid Agung Yogyakarta, sehingga bentuk masjid tersebut meniru masjid Agung sebagai salah satu usaha legitimasi masjid milik Kasultanan Yogyakarta. Persamaan ini juga didukung oleh beberapa komponen yang ada di dalamnya seperti mihrob, kentongan dan beduk. Masjid Pathok Negoro mempunyai ciri beratap tajuk dengan tumpang dua. Mahkota masjid juga mempunyai kesamaan yakni terbuat dari tanah liat dan atap masjid terbuat dari sirap.
Perbedaan jumlah tumpang menandakan bahwa masjid pathok negoro lebih rendah kedudukannya dibandingkan dengan masjid Agung Yogyakarta yang mempunyai atap tajuk bertumpang tiga. Ciri-ciri lain dari kekhasan masjid Pathok Negoro ini adalah pada masing-masing masjid terdapat kolam keliling, pohon sawo kecik dan terdapat mimbar yang ada di dalam masjid.

Di depan masjid terdapat gapura dan dikelilingi kolam dengan kedalaman 3 meter. Setiap orang yang akan memasuki masjid harus bersuci terlebih dahulu di kolam itu. Saat ini kolam tersebut juga digunakan untuk memelihara ikan serta untuk mencuci kaki sebelum masuk ke masjid.

Masjid ini juga masih menganut adat lama dimana adzan pada saat sholat Jum'at dilakukan 2 kali. Dahulu sekitar tahun 1950 adzan pertama dilakukan oleh lima orang sekaligus dan adzan kedua dilakukan salah seorang dari mereka. Begitu juga dengan khotbah dilakukan dengan menggunakan bahasa Arab. Baru pada tahun 1960 adat tersebut berubah, muadzin yang semula berjumlah 5 orang menjadi 2 orang, tetapi adzan tetap dilakukan 2 kali. Khotbah juga diganti dengan menggunakan bahasa Jawa. Pada bagian pintu gerbang, masjid ini memiliki pintu gerbang yang berundak. Pada tiga undakan pertama berarti Islam itu terdiri dari 3 elemen yakni Iman, Islam dan ikhsan. Pada 5 undakan kedua menunjukkan bahwa rukun Islam itu ada 5 sedangkan pada 6 undakan ketiga menunjukkan bahwa rukun iman itu ada 6. Masjid tersebut sekarang menjadi bagian dari pusaka Jogjakarta sebagai warisan Kraton Jogjakarta.

Pada momen-momen tertentu, di masjid ini juga dilaksanakan kegiatan keagamaan yang diikuti oleh keluarga kraton, semisal tradisi Bukhorenan. Tradisi ini sudah menjadi bagian dari tradisi keraton yang lestari hingga sekarang. Maksud dan tujuannya tidak lain adalah untuk mengkaji ajaran dan tuntunan Nabi dengan membaca dan memahami hadist-hadist yang terdapat dalam Sahih Bukhari.

Tradisi lainnya adalah peringatan Maulid Nabi. Pada setiap tanggal 12 Rabi’ul awwal di masjid tersebut digunakan untuk memperingatinya. Dilantunkan shalawat-shalawat nabi diiringi bunyi rebana pada malam tanggal 12. Setelah itu biasanya diisi ceramah oleh ulama setempat atau dari ulama dari luar Plosokuning.

Selanjutnya adalah menyambut satu sura atau satu muharram. Biasanya ada ritual kirab mengelilingi kampung. Prosesi ritual kirab berawal dari halaman masjid dengan melantunkan shalawat nabi dan tembang bernuansa Islam. Setelah memperoleh restu dari sesepuh masjid, kirab pun dimulai dengan berjalan sejauh 4 kilometer. Pasukan berkuda mengambil posisi terdepan. Selama kirab tak seorangpun diperkenankan berbicara. Tidak hanya melakukan kirab, masjid Plosokuning juga melakukan ritual bersih kolam. Puluhan warga berlomba-lomba membersihkan kolam yang ada disekitar masjid dan menangkap ikan yang ada didalamnya.

Pembahasan Penulis;
Penggunaan kentogan dan beduk ini berawal dari budaya jawa oleh wali sanga, Wali sangga menggunakannya untuk mengajak masyarakat untuk datang ke masjid untuk Shalat berjamaah. Makna filosofis dari kentongan dan beduk tersebut adalah, kentongan bunyinya adalah “thong thong thong” yang maknanya mesjide kothong (artinya masjidnya kosong), dan beduk bunyinya adalah “ dheng dheng dheng” yang maknanya mesjide sedheng (artinya masjidnya cukup). Kentogan dan Beduk bukan termasuk budaya Islam, akan tetapi merupakan budaya Jawa yang telah digunakan oleh Wali sanga sebagai media syi’ar Islam. Menurut saya hal itu bukan suatu masalah besar. Kita boleh-boleh saja menggunakan media apapun untuk mengajak orang lain ke dalam kebaikan.
Untuk gapura, merupakan ciri dari sebuah candi. Sebelum Islam datang, penduduk di Jawa memang beragama Hindu-Budha. Sehingga corak masjid masih mengadopsi arsitektur candi. Kata gapura sendiri diambil dari bahasa arab yaitu Ghafura, yang maknanya pengampunan. Maksudnya adalah kita pergi kemasjid adalah untuk meminta pengampunan dari Allah. Makna lain dari 2 kolam di masjid tersebut adalah ini apabila kita menuntut ilmu haruslah sedalam-dalamnya.

Selanjutnya adalah tradisi Maulid Nabi. Memang Rasulullah SAW tidak pernah melakukan seremoni peringatan hari lahirnya. Kita belum pernah menjumpai suatu hadits/nash yang menerangkan bahwa pada setiap tanggal 12 Rabi’ul Awwal (sebagian ahli sejarah mengatakan 9 Rabiul Awwal), Rasulullah SAW mengadakan upacara peringatan hari kelahirannya. Bahkan ketika beliau sudah wafat, kita belum pernah mendapati para shahabat r.a. melakukannya. Tidak juga para tabi`in dan tabi`it tabi`in.
Menurut Imam As-Suyuthi, tercatat sebagai raja pertama yang memperingati hari kelahiran Rasulullah saw ini dengan perayaan yang meriah luar biasa adalah Raja Al-Mudhaffar Abu Sa`id Kukburi ibn Zainuddin Ali bin Baktakin (l. 549 H. - w.630 H.). Tidak kurang dari 300.000 dinar beliau keluarkan dengan ikhlas untuk bersedekah pada hari peringatan maulid ini. Intinya menghimpun semangat juang dengan membacakan syi’ir dan karya sastra yang menceritakan kisah kelahiran Rasulullah SAW.
Maka sejak itu ada tradisi memperingati hari kelahiran Nabi SAW di banyak negeri Islam. Inti acaranya sebenarnya lebih kepada pembacaan sajak dan syi`ir peristiwa kelahiran Rasulullah SAW untuk menghidupkan semangat juang dan persatuan umat Islam dalam menghadapi gempuran musuh. Lalu bentuk acaranya semakin berkembang dan bervariasi.

Untuk hukum merayakan kelahiran Rasulullah tersebut, menurut saya boleh-boleh saja. Seperti Rasulullah SAW merayakan kelahiran dan penerimaan wahyunya dengan cara berpuasa setiap hari kelahirannya, yaitu setia hari Senin Nabi SAW berpuasa untuk mensyukuri kelahiran dan awal penerimaan wahyunya.

عَنْ أَبِيْ قَتَادَةَ الأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ الْإِثْنَيْنِ فَقَالَ” : فِيْهِ وُلِدْتُ وَفِيْهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ . رواه مسلم

“Dari Abi Qotadah al-Anshori RA sesungguhnya Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai puasa hari senin. Rasulullah SAW menjawab: Pada hari itu aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku.” (H.R. Muslim)

Kita dianjurkan untuk bergembira atas rahmat dan karunia Allah SWT kepada kita. Termasuk kelahiran Nabi Muhammad SAW yang membawa rahmat kepada alam semesta. Ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari. Hadits itu menerangkan bahwa pada setiap hari senin, Abu Lahab diringankan siksanya di Neraka dibandingkan dengan hari-hari lainnya. Hal itu dikarenakan bahwa saat Rasulullah saw lahir, dia sangat gembira menyambut kelahirannya sampai-sampai dia merasa perlu membebaskan (memerdekakan) budaknya yang bernama Tsuwaibatuh Al-Aslamiyah.

Jika Abu Lahab yang non-muslim dan Al-Qur’an jelas mencelanya, diringankan siksanya lantaran ungkapan kegembiraan atas kelahiran Rasulullah SAW, maka bagaimana dengan orang yang beragama Islam yang gembira dengan kelahiran Rasulullah SAW?
Kemudian untuk peringatan satu Muharram adalah wujud syukur karena masih diberi kesehatan dan umur oleh Allah di tahun yang baru tersebut. Ritual bersih kolam merupakan bentuk lain manusia membersihkan hati memasuki tahun yang baru. Ikan hasil penangkapan tersebut dilelang kepada masyarakat. Hasil dari leleng tersebut digunakan untuk melestarikan masjid Pathok Negara.


Sumber :
www.krjogja.com
www.nu.or.id

Comments

  1. wahh. .lumayan buat nambah pengetahuan tentang daerah asal sendiri yang tak kusangka bnyak sejarahnya eeuuyy. .
    like this . .:)

    ReplyDelete
  2. ia mas,matur nuwun telah membaca,semoga bermanfaat ya :D
    jadi tahu sejarahnya toh :)

    ReplyDelete
  3. nek karo nggonku hubungane sko mbah sopo yo ..???

    * suka dengan filosofis "kenthongan" hahhaa :)
    jd teringat pengajiane mbah usman ridlo bingekk .. wkwkwkkk

    ReplyDelete
  4. nek karo nggonamu sopo,,cobo dicek dewe ae tanya bapak ibu simbah mbah buyut dll :D

    sopo reti nyambung nang plosokuning hyahahah

    lah iya to kentongan filosofinya itu,,

    tgs ini adalah tugas makul agama,dan saya dapet nile A wuakakkak :p

    ReplyDelete
  5. jelas ada .. tp saya lupa ..
    pokoke ngisore mbah nur iman mlangi .. trusane lali aq ..

    :)

    ReplyDelete
  6. haha ia haruse ada,mangkanya diurutke wae,,,paling yo sdulurnya dewe :) wkwkwk

    ReplyDelete

Post a Comment